Punya cerita? Kirimkan *DISINI*

3 Kerugian Menjadi Bottom/Uke





Dalam hubungan kaum gay, ada istilah Top, Vers dan Bottom. Mereka yang berperan sebagai subyek, biasa menyebut diri Top. Namun sebaliknya, mereka yang berperan sebagai obyek sering menyebut diri bottom. Sehingga dalam satu kasus, seperti misalkan berhubungan seksual, bottom lebih sering menjadi obyek seksual dengan cara disodomi.


loading...
Sodomi adalah perilaku seksual dimana penis melakukan penetrasi ke dubur, atau lebih sering kita sebut anal seks. Pada kondisi tertentu anal seks bisa memberikan kenikmatan, apalagi ketika penis menggesek jaringan saraf prostat. Bahkan tak jarang bottom yang sampai klimak karena disodomi. Namun apakah seks semacam ini sehat?

Kerusakan anal

Meski begitu anal seks selalu menyisakan perih dan nyeri pada bottom, sekalipun ada sisi kenikmatan. Dalam beberapa kasus bahkan bisa menyebabkan kerusakan dubur, entah karena sobek, atau karena elastisitasnya berkurang. Analogikakan saja ketika kita mengalami masalah buang air besar, seperti kotoran yang mengeras atau mencret, selepas itu anal terasa panas dan pedih.

loading...
Anal seks membuat dubur “bekerja lebih keras” untuk menahan gesekan dalam waktu yang lebih lama dari fungsi aslinya sebagai tempat pembuangan. Betapapun sulitnya buang air besar, hal itu berlangsung tak kurang dari satu menit. Namun anal seks bisa berlangsung beberapa menit.

Hal ini membuat elastisitas anal berkurang, sehingga dubur yang sering disodomi menjadi lebih lebar. Karena itulah dubur sedikit kehilangan “daya denyutnya”. Celakanya kalau sudah pada fase ini, tidak bisa dikembalikan sedia kala. Sementara semakin bertambahnya usia, “daya denyut” itu terus berkurang.

Namun jika berkomitmen untuk tidak melakukan hubungan seksual, maka hal seperti diatas tidak akan terjadi.

Masalah Psikologis

Kodratnya, lelaki dicipta sebagai subyek dalam banyak hal, mulai dari berhubungan seksual sampai kehidupan asmara. Tugas kodrati mencari nafkah dan melayani secara lahir dan bathin, untuk itulah ia cenderung rasional dan berfikir lebih simpel. Berbeda dengan perempuan yang dalam kehidupan sehari-hari nampak lebih pasif, meski dalam kondisi tertentu bisa saja sebaliknya.

Mereka yang menganalisis dirinya seorang bottom, secara tidak langsung menempatkan posisinya sebagai obyek. Ia cenderung manja, pasif, layaknya perempuan. Padahal secara kodrati mereka adalah lelaki. Suasana psikologis semacam ini bisa menyebabkan krisis identitas, apalagi ketika mereka harus menjalani kehidupan dengan lawan jenisnya dalam sebuah bingkai pernikahan.

Namun perlu diingat bahwa pria bottom tidak selalu identik dengan mereka yang melambai atau ngondek. Meski pria melambai sekilas nampak manja, tapi belum tentu ia bottom, itu hanya style saja. Pria bottom bisa sangat macho, namun dalam hal-hal tertentu mereka lebih menikmati menjadi obyek dibandingkan subyek.

Berkurangnya kemampuan seksual sebagai lelaki


Gairah seksual sangat dipengaruhi oleh kecederungan ia terhadap lawan seksualnya. Kenapa pria bottom terlihat kurang mampu melakukan penetrasi seksual layaknya pria seperti umumnya, bukan berarti karena masalah fisik, lebih karena suasana hatinya yang tidak begitu menyukai hal tersebut.

Dalam kondisi tertentu, pria bottom jarang mengalami “tegang”, bahkan saat sedang melakukan hubungan seksual. Gairah dan suasana hati sangat mempengaruhi kemampuan seksual, itulah kenapa kenikmatan seksual bisa diraih dengan orang yang benar-benar membuat kita bergairah, begitu pun sebaliknya.

Penulis : Barra
Editor : Atha’

Lebih baru Lebih lama