Para ahli
psikologi terpecah dalam dua opini besar tentang LGBT. Ada yang menyebut itu
penyakit psikologi seksual, ada yang mengatakan itu hal wajar dan alamiah.
Namun dari dua pendapat ini, tidak bisa dipastikan mana yang benar, sebab
keduanya memiliki sisi kebenaran. LGBT bisa jadi sebuah penyakit psikologi,
tapi disisi lain juga hal yang wajar dan alamiah. Begini penjelasannya :
Kecenderungan
menyukai tubuh dan perasaan sayang kepada seseorang adalah hal yang wajar, karena
manusia memiliki hasrat dalam dirinya yang tak bisa ditutupi. Dalam ranah ini
masih disebut normal-normal saja, sekalipun hasrat dan kecenderungannya lebih
terarah kepada yang berjenis kelamin sama.
Ahli psikologi
yang pro bahwa LGBT adalah normal mengatakan, bahwa hasrat dan perasaan dalam
diri seseorang tidak muncul begitu saja, ada proses panjang yang kemudian
membentuk itu semua, bahkan salah satu sebab terbesarnya bisa dari pola asuh,
lingkungan, sampai hal-hal kecil yang tidak pernah terfikirkan.
Namun dalam
batas tertentu, hasrat dan kecenderungan tersebut menjadi tidak normal lagi,
ketika terlampau bebas dilampiaskan, seperti pada akhirnya dia terjebak pada
seks bebas. Tidak saja kaum LGBT, kaum heteroseksual yang dibilang normal,
ketika sudah mengalami hiperseksual, juga disebut mengalami penyimpangan.
Artinya dalam konteks hasrat dan kecenderungan seksual, keduanya nyaris sama.
Lalu bagaimana
dengan kaum transgender yang merubah alat kelaminnya? Benarkah itu menyalahi
kodrat? Kodrat sebenarnya adalah segala hal yang tidak mungkin ia pungkiri,
sehingga ia tidak berkehendak untuk merubahnya. Mereka yang terlahir berkelamin
laki-laki, bisa jadi berkodrat seperti perempuan. Masalahnya manusia tidak
pernah tahu dimana pangkal kodrat tersebut. Bahkan ia tidak bisa memilih.
Meski begitu
bukan berarti LGBT bisa melampiaskan hasrat semaunya. Sayangnya, LGBT yang
muncul dalam perbincangan publik, adalah mereka yang memang sangat menyimpang,
seperti pelaku free seks, sehingga banyak yang kemudian meninggal karena
HIV/Aids, bahkan yang meresahkan ketika mereka mengadakan party seks dengan
melibatkan banyak orang.
Ini sama
ketika kaum hetero selingkuh dari istrinya, atau masih mencari perempuan
bayaran demi melampiaskan hasrat seksualnya yang tidak terpuaskan ketika di
rumah. Kaum hetero model seperti ini juga disebut melakukan penyimpangan, baik
secara hukum atau norma. Apalagi mereka yang sering memperkosa lawan jenisnya,
model seperti ini juga tidak normal lagi secara seksual, meski memiliki hasrat
dan kecenderungan dengan lawan jenis.
Lantas apakah
LGBT bisa disembuhkan? Lebih tepatnya bukan LGBT yang disembuhkan, sebab dalam
taraf tertentu mereka hidup secara wajar di masyarakat, hanya memiliki
perbedaan hasrat dan kecenderungan, namun tidak merugikan pihak-pihak lain, dan
itu sangat alamiah.
Yang perlu
disembuhkan adalah mereka yang mengalami penyimpangan seksual, sehingga
merugikan orang lain, dan masyarakat secara luas. Kasus HIV/Aids juga tidak
hanya terjadi di kalangan LGBT, bahkan banyak juga menimpa pasangan suami
istri. Tapi perlu diingat, kaum LGBT lebih rentan melakukan penyimpangan
seksual, karena mereka tidak mengenal ikatan seperti pernikahan, sehingga
menjadi lebih bebas.
Penulis
: Fellisa
Tags:
lgbt