Salah satu
yang membuat masyarakat was-was dengan isu LGBT, bahkan bisa sangat anti
terhadapnya, adalah karena perilaku abnormal yang sering terjadi, semisal
sukanya mereka berhubungan seksual sesama. Dimaksud abnormal sebab perilakunya
memang tidak pada umumnya, sekalipun hubungan seksual adalah kebutuhan alamiah
manusia.
Dari kelompok
LGBT, yang paling disorot adalah kaum gay, dimana seorang lelaki memiliki
kecenderungan seksual kepada sesama lelaki. Bahkan di kalangan kaum gay sendiri dikenal istilah 4k : kenal,
ketemu, kencan, kelar. Artinya setelah berkenalan, bertemu, lalu berhubungan
intim setelah itu putus dan mencari pasangan lain. Karena perilaku inilah maka
citra LGBT sangatlah buruk di mata publik.
Namun apakah
keseluruhannya begitu? tentu tidak. para ahli Psikologi pun menyatakan bahwa 4K
memang paling banyak dikalangan kaum gay. Tapi perlu diingat, bahwa tidak semua
kaum gay itu mau terbuka, diantara dari mereka ada yang mencoba menjalani
kehidupan secara normal, atau bersisian dengan ketertarikannya dengan
perempuan. Meski tidak bisa juga kita sebut biseksual.
Kaum gay yang
nampak adalah mereka yang lebih terbuka, meskipun di kalangan mereka sendiri.
Sebagaimana watak lelaki yang cenderung rasional, kaum gay memang tidak mau
ribet urusan perasaan. Sangat berbeda dengan Lesbian, meski keduanya sama-sama
LGBT. Maka dari itu kenapa kaum gay mudah bergonta ganti pasangan, termasuk
lebih bebas dan berani melakukan hubungan seksual sesama karena tidak terlalu
beresiko, sebab lelaki tidak bisa hamil.
loading...
Selain itu,
karena kaum gay adala mereka yang berkelamin laki-laki, yang dalam hubungan
seksual sebagai subyek seksual. Mereka memang punya organ sebagai pelaku
seksual secara aktif, berbeda dengan perempuan yang memang berposisi sebagai
obyek, atau pelaku seksual pasif.
Karena itulah
hasrat seksual kaum gay lebih tinggi dan lebih dominan. Satu-satunya resiko
yang menjadi pemikiran kaum gay adalah penyakit menular, seperti HIV/Aids,
Sipilis, sampai kerusakan organ anal. Karena pria yang terlalu sering disodomi
akan kehilangan “daya denyutnya”, bahkan banyak kasus sampai analnya robek dan
berdarah.
Kehilangan
“daya denyut” pada masa yang akan datang berdampak pada aktivitas buang air
besar yang sering terganggu, bahkan tidak bisa mengontrolnya dengan baik,
sehingga kotoran tubuh keluar tanpa terasa. Pada usia diatas 50 “daya denyut”
seseorang mulai berkurang, apalagi dengan mereka yang sudah “dirobek” sejak
dini?
Hasrat seksual
boleh tinggi, namun jangan sampai terlewat batas.
Penulis
: Fellisa
Editor
: Atha’
Tags:
lgbt