Tidak semua
jenis kecerdasan mendapatkan penghargaan serupa di kehidupan, tidak juga di
sekolah. Siswa cerdas selalu identik dengan kemampuan ia menjawab soal ujian
dan mendapatkan nilai bagus, sehingga pengukurannya hanya pada lembaran kertas.
Padahal ada banyak bentuk kecerdasan yang harusnya mendapatkan penghargaan yang
baik, sehingga bisa diarahkan untuk masa depan. Apa saja itu?
Kecerdasan
Mencari Teman
Apakah kita
sering mendapati anak yang tidak begitu menonjol pada pelajaran sekolah, tapi
memiliki banyak teman? Meski banyaknya teman tidak selalu dalam aspek positif,
kadang juga negatif, seperti seringnya tawuran dan sebagainya. Tak sedikit yang
kemudian menyebut anak semacam ini hanya gerombolan yang tidak berguna. Padahal
ada aspek lain yang sangat baik bila diarahkan.
Jika anak
pandai mencari teman, berarti ia memiliki kecerdasan sosial yang tinggi.
Sayangnya karena kecerdasan sosial ini tidak diarahkan dengan baik, sehingga
difungsikan untuk hal-hal yang kurang produktif. Kecerdasan sosial menunjukkan
kemampuan menjalin relasi. Kamampuan seperti ini sangat dibutuhkan dalam bisnis
atau terjun dalam dunia politik.
Mahir
Olahraga
Kecerdasan ini
sebenarnya sudah mendapatkan tempat, terbukti semakin banyaknya event olahraga.
Namun kemampuan olahraga biasanya hanya dijadikan keterampilan sampingan,
bahkan jika mendekati ujian kelulusan, anak yang memiliki kemampuan dibidang
ini, sering kali diminta untuk break beberapa saat, karena pelajaran
sekolah lebih penting.
Pemikiran
semacam ini membuat tak sedikit dari mereka yang pada akhirnya masuk berkarir
dalam bidang olahraga, tidak menemukan makna yang kuat, karena menganggap
kemampuan olahraga adalah keterampilan kedua. Hanya beberapa dari mereka yang
benar-benar menghayati kemampuan olahraganya, sehingga menjadi juara karena
mereka menemukan makna secara total pada bidang mereka, bukan karena terpaksa.
Jika sejak
sekolah sudah ditanamkan bahwa keterampilan apapun, jika dihayati dengan baik, akan
memunculkan kebanggaan tersediri, maka betapa bangsa ini akan banyak memanen
atlet-atlet handal yang memang sudah menemukan makna sejak dini, bukan karena
merasa tersingkir dari kelas sehingga masuk dunia olahraga. Bahwa mereka harus
yakin jika keduanya tidak ada yang lebih unggul, alias setara.
Kecerdasan
Seni
Sama dengan
olahraga, kemampuan seni juga dianggap keterampilan tambahan. Bahkan jika orang
tua diminta memilih, apakah ingin memiliki anak yang unggul di kelas atau
unggul di kesenian, banyak yang menjawab, kalau bisa unggul di kelas terlebih
dahulu. Namun seni dan intelektualisme bukanlah dua hal yang terpisah sama
sekali.
Yang menjadi
soal adalah bagaimana sekolah dan pemerintah secara umum tidak begitu
memberikan ruang apresiasi terhadap bidang ini. Di sekolah saja, pelajaran seni
tak lebih dari dua jam pelajaran, sisanya diikutkan ekstrakurikuler atau mengikuti
kursus di luar sekolah. Seringkali siswa yang mewakili sebuah kontes seni,
justru mahir bukan dari sekolah tersebut, melainkan dari luar sekolah. Hanya
kebetulan ia siswa sekolah tersebut, sehingga diminta mewakili. (red)
Editor
: Falasifa
Tags:
Parenting