Tahukan kalian jika anus dan sekitar rektum ada otot yang disebut Sfingter? Fungsi otot ini sangat penting, sebagai pengontrol keluarnya tinja ketika buang air besar. Dikenal juga dengan nama Sfingter Anal, yang memiliki bagian internal dan eksternal.
Sfingter anal internal adalah sebuah cincin otot lurik yang mengelilingi kanalis anal dengan keliling 2,5 sampai 4 cm. Sfingter anal internal ini berkaitan dengan sfingter anal eksternal meskipun letaknya cukup terpisah. Tebalnya sekitar 5 mm.
Fungsi sfingter anal internal adalah untuk mengatur pengeluaran feses saat buang air besar.
loading...
loading...
Sfingter anal eksternal adalah serat otot lurik berbentuk elips dan melekat pada bagian dinding anus. Panjangnya sekitar 8 sampai 10 cm. Fungsi sfingter anal eksternal adalah untuk membuka dan menutup kanalis anal.Ketika terjadi anal seks, Sfingter anal ini harus menyesuaikan dengan gesekan yang intens dan berkali-kali, ini bisa menyebabkan kinerjanya tidak optimal yang cenderung dipaksa. Ibaratnya seperti lubang karet yang dimasuki benda besar dan keras yang membuatnya agak melebar.
Bedanya, Sfingter sangat berkaitan dengan jaringan saraf, sehingga hal ini bisa merusak sistem saraf disekitarnya. Efek terburuknya adalah kurangnya kemampuan sfingter dalam mengontrol keluarnya feses saat buang air besar.
Memasuki usia tua, fungsi sfingter secara alamiah memang berkurang. Itulah kenapa banyak orang tua yang sering tak terasa ketika mereka buang air besar. Itu karena kemampuan otot dan fungsi sarafnya sudah berkurang.
Hal itu mungkin terjadi pada mereka yang masih berusia muda, karena seringnya disodomi atau menjadi obyek dalam anal seksual. Baik lelaki maupun perempuan.
Tanda pertama adalah ketika sulit menahan kentut, padahal tidak sedang diare atau mengalami masalah pada usus besar. Tahap berikutnya adalah mulai susah menahan keluarnya tinja. Secara normal manusia memang sulit menahan keluarnya air besar, namun hanya dalam kondisi tertentu, misalnya saat diare.
Tahap paling kronis adalah ketika tinja sering keluar tanpa mampu dikontrol, sehingga membuat celana penuh dengan kotoran. Hal ini tentu sangat merepotkan.
Berbeda dengan vagina perempuan yang memang mengalami "pelebaran" jika terlalu sering disodok atau melahirkan, namun vagina bisa kembali rapet secara alamiah atau dengan bantuan obat dan ramuan tertentu.
Lubang anus tidak demikian. Ketika bagian otot dan sarafnya rusak, maka nyaris tidak bisa dikembalikan sedia kala. Kemampuannya akan berkurang, selain tentu saja menjadi lebih lebar dari sebelumnya. Maka lebih baik tidak melakukan anal seks. (Yui/Rom)