Relasi cowok dan cewek sebenarnya hal yang umum dan bahkan dianggap normal, terutama pada usia-usia puber dan usia dewasa. Namun pada anak-anak, hal itu dianggap sesuatu yang kurang normal.
Misalnya, seorang anak laki-laki yang bermainnya lebih suka dengan anak perempuan. Mereka lebih nyaman dibandingkan bermain dengan sesama laki-laki. Apakah hal itu normal?
Dalam buku "Personality, Classic Theories dan Modern Research" dijelaskan, secara umum anak-anak akan bermain dengan sesama jenisnya. Tipe permainannya pun lebih kinestetik, seperti sepakbola, dan sejenisnya.
Pada usia enam tahun, anak-anak sudah mampu mengidentifikasi jenis seksualnya, sehingga mereka lebih memilih untuk akrab dengan identitas seksual yang sama. Itulah kenapa anak laki-laki suka berkumpul dengan anak laki-laki, dan begitupun dengan anak perempuan.
Kesamaan identitas seksual tersebut membuat mereka tak begitu canggung untuk berinteraksi, dibandingkan dengan identitas seksual yang berbeda.
Jika didapati anak laki-laki yang lebih nyaman bermain dengan anak perempuan, ada dua kemungkinan besar. Pertama, terjadi krisis identitas seksual, antara jenis kelamin yang dimiliki dengan kecenderungan seksualnya.
Sekalipun secara fisik ia laki-laki, namun kecenderungan seksualnya lebih nyaman sebagai perempuan. Sehingga ia memandang laki-laki justru identitas yang asing. Seiring waktu, ketika kedewasaannya berkembang, perlahan ia akan melakukan "pemberontakan" pada identitas seksual yang dimiliki.
Kedua, berkaitan dengan tingkat kedewasaan. Anak laki-laki yang lebih suka bermain dengan anak perempuan, bukan berarti krisis identitas seksual, namun karena kedewasaannya melebihi teman seumurannya, sehingga kedekatannya dengan perempuan hanya ekspresi seksual.
Umumnya, anak laki-laki yang suka bermain dengan perempuan, kinestetiknya memang kurang terasah, karena tipe permainan perempuan cenderung tidak begitu melibatkan fisik.
Akan tetapi tidak semua anak laki-laki yang suka bermain dengan anak perempuan, memiliki perilaku seksual yang menyimpang. (Bis/Das)