
Jika kita amati, banyak kuli atau pekerja kasar yang punya badan atletis. Porsi otot dan lemaknya seimbang, energinya pun lebih kuat. Bahkan kadang lebih atletis dari majikannya.
Padahal, asupan gizinya mungkin berbeda. Bisa jadi gizi majikan lebih tercukupi, bahkan majikan juga punya kebiasaan olahraga atau olah fisik. Namun tetap saja, kuli lebih atletis.
Para kuli memang terbiasa bekerja dengan otot. Ia terbiasa mengangkat beban. Kebiasaan tersebut menyebabkan resistensi pada otot-otot tubuhnya. Maka tak heran jika tubuhnya lebih terbentuk.
Ketika istirahat, para kuli biasanya menggunakan untuk makan. Setelah itu lanjut kerja otot lagi, sehingga energi dari makanan tersalurkan dengan baik. Mereka jarang berpikir berat, padahal berpikir itu menyerap 25% energi tubuh.
loading...
Hal itu mungkin berbeda dari mereka para majikan, yang memang dituntut untuk lebih berpikir. Dalam aspek ini, para kuli lebih beruntung karena mereka setiap hari bisa melatih otot, yang mana produksi hormon testoteronnya (hormon pria) lebih maksimal.
Meskipun bentuk badannya mungkin tidak seperti mereka yang rutin ngegym, namun kuli punya badan atletis yang lebih alami hasil bentukan setiap hari. Dalam konteks pembentukan tubuh ini, makanan punya peran lebih sedikit dibanding kerja otot yang rutin mereka jalani.
Sementara mereka yang terbiasa bekerja di depan meja, produksi hormon testoteronnya bergantung dengan asupan makanan dan latihan fisik. Sayangnya, tipe pekerja kantoran umumnya mood olahraganya kurang baik, termasuk para majikan. Sementara pekerjaan yang mereka lakoni tidak menopang kemampuan ototnya.
Setiap bidang pekerjaan memang ada sisi kekurangan dan kelebihan masing-masing. Para kuli diuntungkan karena mereka berkesempatan melatih ototnya lebih intens dibandingkan majikan, sehingga mereka lebih bagus secara fisik, lebih energik, dan umumnya lebih sehat. Meski dari segi pendapatan tidak lebih baik. (Das/Ath)